Rabu, 14 Oktober 2009

Disfungsi Saraf Pemicu Hiperseks

Rabu, 14 Oktober 2009
HUBUNGAN seks yang dilakukan secara benar dengan pasangan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Namun bila libido seks tak terkontrol lagi, waspadai, jangan-jangan Anda mengalami hiperseks.

Berhubungan seks tak melulu berkonotasi negatif. Hubungan seks yang dilakukan secara teratur dengan pasangan resmi malah memiliki pengaruh yang luar biasa bagi kesehatan.Para dokter mengklaim bahwa bercinta dapat memperlambat proses penuaan, meningkatkan sistem kekebalan, meningkatkan sirkulasi, dan membuat hidup Anda lebih lama.

Dr David Weeks dari Royal Edinburgh Hospital percaya bahwa cara yang paling efektif untuk berpenampilan tetap muda adalah mempertahankan kehidupan seks yang aktif.

"Seks adalah olahraga aerobik yang paling menyenangkan karena seks dapat meningkatkan denyut jantung dan memompa oksigen sekitar tubuh yang dapat meningkatkan sistem kekebalan," ujarnya.

Dr Weeks mengatakan, orang yang melakukan hubungan seksual tiga kali seminggu terlihat empat sampai tujuh tahun lebih muda. Hal ini karena seks merupakan bentuk olahraga aerobik yang memberikan peremajaan kulit. Hubungan seks yang dilakukan dengan penuh semangat, berarti akan banyak oksigen yang terpompa di sekitar tubuh yang dibawa darah dan nutrisi pada permukaan kulit Anda.

Namun, bagaimana bila aktivitas seksual yang dilakukan frekuensinya melebihi batas normal? Hiperseks, mungkin itulah yang terjadi.

Dijelaskan oleh psikiater dari Rumah Sakit Omni InternasionalAlam Sutera Tangerang Dr Andri SpKJ bahwa ketagihan seks adalah ditujukan pada orang yang secara kompulsif (berulang-ulang tanpa dapat dicegah) mencari kepuasan pengalaman seksual. Biasanya perilaku penderitanya menjadi terpengaruh secara nyata jika tidak mampu memenuhi impuls seksualnya tersebut.

"Seumur hidup perilakunya, penderita hiperseks mencari kepuasan seksual dan aktivitas-aktivitas seksual yang menghabiskan banyak waktu dalam hidupnya. Dia sering kali ingin berhenti, tetapi tidak mampu melawan impuls dorongan untuk tetap melakukan aktivitas tersebut," ungkapnya.

Psikolog dari Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang, Jawa Tengah, Dra Hastaning Sakti, Psikolog MKes yang akrab disapa Hasta mengatakan bahwa seksualitas manusia, libido seksual, gairah seks, fantasi erotis, dan fantasi seksual adalah suatu misteri yang tak kunjung terkuak.

Sudah banyak penelitian, eksperimen, anamnesis tentang seksualitas, namun belum mampu mengungkap secara gamblang tentang perilaku hiperseks ini. Para peneliti hanya bisa mengungkapkan tentang pemaknaan libido seksual yang sifatnya sangat individual.

"Artinya, intensitas libido seksual yang sama kadarnya, sudah cukup untuk memicu perilaku hiperseks (satyriasis) pada pria dan nymphomania (keadaan saat seorang wanita yang tahan bercinta dengan siapa saja selama berjamjam tanpa kenal lelah) bagi wanita," kata psikolog yang juga menjadi dosen Program S-2 Biomedik Dokter Spesialis FK UNDIP.

Hasta menuturkan, penderita hiperseks secara intens mengalami keinginan dan dorongan seksual yang frekuensinya melebihi batas wajar dalam keseharian dan menjadikan masalah seksual sebagai pusat dari aktivitasnya. Menurut Hasta, perilaku seksual yang menyimpang ditengarai berhubungan dengan disfungsi sistem syaraf.

Kelainan neuroanatomis ditemukan pada prefrontal cortex (salah satu bagian dari otak) pada individu yang mempunyai kepribadian menyimpang dan antiosial.

"Homoseks pedofilia bisa juga dikatakan sebagai salah satu kasus hiperseks," ucap psikolog yang menyelesaikan seluruh program studinya di Universitas Gajah Mada.

Dalam penelitian Marino (1950) disebutkan bahwa hiperseks yang bersifat patologis pada dasarnya berhubungan dengan tidak berfungsinya sistem neuroindocrine (berkaitan dengan sistem saraf dan kelenjar endokrin). Hiperseks ini bila tidak diatasi, dapat menurun kepada generasi berikutnya serta merusak struktur mental dan emosi generasi yang akan datang.

"Beberapa kasus hiperseks dapat disembuhkan. Penyembuhannya dapat dilakukan dengan kombinasi pharmacotherapy dan treatment cognitivebehavior atau pendekatan komprehensif neurobiologis," jelasnya.

Treatment modifikasi cognitive behavior dapat dilakukan dengan mengoreksi identifikasi diri, mengajak penderita terlibat dalam berbagai kegiatan.

"Menular atau tidak, belum ada penelitian tentang hal itu, namun beberapa literatur menyebutkan bahwa hiperseks bisa disebabkan karena adanya sakit di otak ataupun cedera otak hingga koma," ungkapnya.(Koran SI/Koran SI/nsa) Disadur dari www.okezone.com


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Suryadi's Blog | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog